Sabtu, 25 Maret 2017

Diam diam aku cemburu

Diam-diam, aku adalah perempuan yang menyimpan cemburu. Dengar dulu, cemburu tak melulu soal cinta!
Aku cemburu, pada perempuan hebat yang mampu dengan anggun menguasai dirinya sendiri : bertanggungjawab terhadap hidupnya tanpa perlu susah payah membuat orang lain mengkhawatirkan keadaannya. Getirnya hidup membuatnya kuat karena seluruh dirinya teruji dengan baik. Ah, cantik!
.
Aku cemburu, pada perempuan menyenangkan yang mampu menghadirkan kebahagiaan bagi orang-orang di sekitarnya. Sikapnya yang santun, senyumnya yang lembut dan pandangannya yang teduh membuat orang lain betah berlama-lama duduk di sebelahnya. Ah, cantik!
.
Aku cemburu, pada perempuan-perempuan cerdas yang dengan kecerdasannya ia mampu menjadi pelita. Ia tak perlu mengabarkan apa-apa pada dunia, karena semesta dengan sendirinya paham bahwa dia menyimpan banyak hal menakjubkan di balik sosoknya yang sederhana. Seperti langit yang tak perlu membuat pengumuman tentang betapa tingginya ia. Ah, cantik!
.
Aku cemburu, pada perempuan yang pandai menjaga diri dan hatinya. Tak peduli sedang bersama dengan siapa, ia tetap memegang prinsip bahwa kecantikan dan keindahan fisik dan hatinya hanya untuk suaminya saja.
.
Aku cemburu, pada perempuan yang rela menukar segala mimpinya untuk memenuhi ketaatan pada imamnya. Tangannya cekatan melakukan kebaikan, kakinya sigap melangkah menuju kebaikan dan seluruh dirinya siap menjadi seorang yang mampu menjaga amanah dengan baik. Baginya, menjadi Ibu yang membanggakan jauh lebih membanggakan daripada membuat dirinya bangga untuk konsumsi pribadi. Ah, cantik!
.
Aku cemburu. Bukan pada dia yang lebih cantik. Tapi pada dia yang menjadi syurga sebelum syurga.