Sabtu, 29 Desember 2018

Terkuak Misteri Penyebab sering terjadi bencana alam

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan dari Januari hingga 24 September 2018 tercatat ada 1.999 kejadian bencana di Indonesia. Menurut Sutopo jumlah ini akan terus bertambah hingga akhir 2018 mendatang.

Selama tahun 2018, kata Sutopo, terdapat beberapa bencana yang menimbulkan korban jiwa dan kerugian cukup besar, yaitu banjir bandang di Lampung Tengah pada 26 Februari yang menyebabkan 7 orang meninggal dunia. Bencana longsor di Brebes, Jawa Tengah, pada 22 Februari yang menyebabkan 11 orang meninggal dunia dan 7 orang hilang. Banjir bandang di Mandailing Natal pada 12 Oktober 2018 menyebabkan 17 orang meninggal dunia dan 2 orang hilang.

Juga, menurut Sutopo, gempa bumi beruntun di Lombok dan Sumbawa pada 29 Juli, 5 Agustus, dan 19 Agustus menyebabkan 564 orang meninggal dunia dan 445.343 orang mengungsi.

"Bencana gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah pada 28 September 2018 menyebabkan 2.081 orang meninggal dunia, 1.309 orang hilang dan 206.219 orang mengungsi," ujar Sutopo.

Saat ini, menurut Sutopo wilayah Indonesia akan memasuki musim penghujan. Sutopo memperkirakan banjir, longsor dan puting beliung akan banyak terjadi selama musim penghujan. Dia mengatakan gempa bumi tidak dapat diprediksi secara pasti. Sutopo melihat rata-rata dalam setahun terjadi 5-6 ribu kali gempa.

"Gempa bumi dapat terjadi kapan saja terutama di daerah-daerah rawan gempa.
Masyarakat dihimbau untuk selalu waspada. Kenali bahayanya dan kurangi risikonya," ujar Sutopo.

Tahun dimana tahun2 politik memanas antara kubu sebelah atau kubu lain. Apakah peristiwa bencana alam selama tahun 2018 ini akibat dari pemimpin yang tidak baik ? Apakah dari sistemnya ? Ataukah dari pemimpinnya ?
Lalu pemimpin yang manakah yang mendatangkan bencana? Apakah kepemimpinan presiden saat ini ? Ataukah kepemimpinan gubernur ataukah kabinet2 yang telah tersusun saat ini tidak amanah ?

Wallahualam. Hanya allah yang tahu, namun
Dari Abu Hurairah ra berkata; bersabda Rasulullah saw

“Apabila kekuasaan dianggap keuntungan, amanat dianggap ghanimah (rampasan), membayar zakat dianggap merugikan, beiajar bukan karena agama (untuk meraih tujuan duniawi semata), suami tunduk pada istrinya, durhaka terhadap ibu, menaati kawan yang menyimpang dari kebenaran, membenci ayah, bersuara keras (menjerit jerit) di masjid, orang fasig menjadi pemimpin suatu bangsa, pemimpin diangkat dari golongan yang rendah akhiaknya, orang dihormati karena takut pada kejahatannya, para biduan dan musik (hiburan berbau maksiat) banyak digemari, minum keras/narkoba semakin meluas, umat akhir zaman ini sewenang-wenang mengutuk generasi pertama kaum Muslimin (termasuk para sahabat Nabi saw, tabi’in dan para imam muktabar). Maka hendaklah mereka waspada karena pada saat itu akan terjadi hawa panas, gempa,longsor dan kemusnahan. Kemudian diikuti oleh tanda-tanda (kiamat) yang lain seperti untaian permata yang berjatuhan karena terputus talinya (semua tanda kiamat terjadi).”(HR. Tirmidzi)

KETIKA terjadi bencana alam, paling tidak ada tiga analisa yang sering diajukan untuk mencari penyebab terjadinya bencana tersebut. Pertama, azab dari Allah karena banyak dosa yang dilakukan. Kedua, sebagai ujian dari Tuhan. Ketiga, Sunnatullah dalam arti gejala alam atau hukum alam yang biasa terjadi. Untuk kasus Indonesia ketiga analisa tersebut semuanya mempunyai kemungkinan yang sama besarnya.

Jika bencana dikaitkan dengan dosa-dosa bangsa ini bisa saja benar, sebab kemaksiatan sudah menjadi kebanggaan baik di tingkat pemimpin (struktural maupun kultural) maupun sebagian rakyatnya, perintah atau ajaran agama banyak yang tidak diindahkan, orang-orang miskin diterlantarkan. Maka ingatlah firman Allah:

 “Jika Kami menghendaki menghancurkan suatu negeri, Kami perintahkan orang-orang yang hidup mewah (berkedudukan untuk taat kepada Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan daiam negeri tersebut, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya,” (Al-Isra'[17]: 16).

Apabila dikaitkan dengan ujian, bisa jadi sebagai ujian kepada bangsa ini, khususnya kaum Muslimin agar semakin kuat dan teguh keimanannya dan berani untuk menampakkan identitasnya. Sebagaimana firman Allah:

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan begitu saja mengatakan: Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diujilagi?”( Al-Ankabut [29:2).

Akan tetapi, jika dikaitkan dengan gejala alam pun besar kemungkinannya, karena  bumi Nusantara memang berada di bagian  bumi yang rawan bencana seperti gempa, tsunami dan letusan gunung. Bahkan, secara keseluruhan bumi yang ditempati manusia ini rawan akan terjadinya bencana, sebab hukum alam yang telah ditetapkan Allah SwT atas bumi ini dengan ber bagai hikmah yang terkandung di dalamnya. Seperti pergerakan gunung dengan  berbagai konsekuensinya.

“Dan kamu lihat gunung-gunung itu kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal gunung-gunung itu bergerak sebagaimana awanbergerak.(Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh segala sesuatu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.( QS. Al-Naml [27]: 88).

Di samping harus tetap bersikap optimis dan berupaya mengenali hukum-hukum Allah yang telah ditetapkan atas alam ini, adalah bijak untuk terus melakukan introspeksi terhadap keseriusan kita dalam menaati perintah-perintah Allah SwT dan menghitung-hitung kedurhakaan kita kepada-Nya.Sabda Rasulullah saw yang diriwayat kan Imam Tirmidzi di atas patut menjadi renungan bagi bangsa ini atas berbagai bencana yang menimpa secara bertubi tubi.

Jika kita cermati hampir semua penyebab bencana yang disebut Rasulullah saw dalam Hadits tersebut tengah melanda bangsa ini. Pertama, masalah kepemimpinan, amanah dan penguasa. Jika suatu bangsa memilih pemimpin yang tidak memenuhi syarat, baik (shalih), cakap/cerdas dan kompeten (gawiy) dan amanah (amin), maka kebangkrutan dan kehancuran sebuah  bangsa tinggal menunggu waktu saja. Se bab, pemimpin seperti itu menganggap kekuasaan bukan sebagai amanah untuk menciptakan kesejahteraan dan ketentraman bagirakyatnya, tetapi sebagal sarana dan kesempatan untuk memperkaya diri dan  bersenang-senang.

Akibatnya, perilaku korupsi merajalela, penindasan dan pemiskinan menjadi pemandangan yang lumrah, dan kebangkrutan moral menjadi hal yang sangat sulit untuk dihindari. Oleh karena itu, memilih pemimpin atau pejabat harus hatihati dan selektif, sebab mereka akan memanggul amanah yang sangat berat.

Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah saw bersabda, “Jika amanat disia-siakan, maka tunggulah saatnya (kehancuran). Abu Hurairah bertanya; “Bagaimana amanat itu disia-siakan wahai Rasulullah?, Beliau menjawab,”Jika suatu urusan diserahkan pada orang yang bukan ahlinya (tidak memenuhi syarat)”. ( H R. Bukhari).

Kedua, orang kaya tidak menunaikan kewajibannya. Zakat adalah kewajiban minimal bagi orang kaya untuk peduli kepada orang miskin. Jika kewajiban minimal ini tidak ditunaikan, maka kegoncangan social tdak bisa ditawar-tawarlagi, karena tindakan orang miskin yang terampas haknya tidak bisa dipersalahkan. Sehingga azab Allah menjadi keharusan (Al-Isra': 16). Demikian intisari istinbathAmirul Mu’minin Umar bin Khathab ra yang didukung Ibnu Hazm rahimallahu ta’ala.

Ketiga, hilangnya ketulusan dan kebijakan para ulama dan cendekiawan. Kerusakan yang ditimbulkan oleh penguasa dan pengusaha (orang kaya) itu akan menjadi-jadi jika ulama/cendekiawan sebagai pilar penting suatu bangsa yang bertugas untuk memberi peringatan dan beroposisi secara loyal terseret ke dalam kepentingan pragmatis para penguasa dan pengusaha tersebut.

Aktualisasinya bisa berwujud pada terbitnya fatwa-fatwa pesanan yang tidak memihak orang-orang lemah dan tertindas serta opini yang menyesatkan dan membingungkan umat sebagai akibat terialu banyak menerima pemberian yang tidak jelas dan sering mengemis pada musuh-musuh Islam dan bangsa pada umumnya. Karena ketulusan telah hilang, para ulama pun menjadi orang yang membuat gaduh di masjid dengan perdebatan dan berbantahan mengenai hal yang sudah diputuskan dengan jelas oleh Allah dan Rasul-Nya.

Pada akhirnya, bukan hanya perintah Allah dan Rasul-Nya yang tidak diperhatikan dan disia-siakan. Akan tetapi para sahabat Rasul dan generasi mereka sesudahnya (ulama dari kalangan tabi’in dantabi’tabi’in)sebagaigenerasiterbaik umat Muhammad saw menjadi bahan olok-olok dan ejekan dalam perbincangan mereka dengan merendahkan dan mencampakkan kezuhudan dan hasil ijtihad mereka yang cemerlang.

Jika ketiga pilar bangsa penguasa, pengusaha dan ulama atau cendekiawan sudah tidak menjalankan fungsi yang semestinya, maka kebangkrutan moral yang lain seperti durhaka pada orangtua, suami yang manut pada hawa nafsu istrinya, mewabahnya khamr (narkoba) dan kesenangan pada hiburan yang memancing keliaran syahwat menjadi pemandangan yang biasa. Pada saatitu”kemarahan” Tuhan dipastikan tidak bias dihalang-halangi untuk menghancurkan bangsa yang durhaka. [sumber: muhammadiyah.or.id]

Mengapa Bencana Besar Kerap Terjadi di Akhir Pekan? Ini Kata BNPB

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat berbagai bencana alam besar di Indonesia kerap terjadi saat akhir pekan atau weekend. Hal itu masih menjadi misteri dan bahan analisis hingga saat ini.

"Karena kita menangani bencana ini sudah sering ya. Jadi biasanya bencana-bencana besar yang memakan korban, kejadiannya adalah Jumat sore sampai malam, Sabtu dan Minggu," tutur Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Gedung BNPB, Jakarta Timur, Sabtu (29/9/2018)

Badan Nasional Penanggulanan Bencana (BNPB) mencatat, berbagai bencana besar di Indonesia banyak terjadi saat akhir pekan atau weekend. Hal itu masih menjadi misteri dan bahan analisis hingga saat ini.

Seperti gempa dan tsunami yang terjadi di Donggala dan Palu, Sulawesi Tengah. Tsunami Aceh, gempa Jogja, tunami Mentawai, erupsi Gunung Merapi, Jembatan Kukar ambrol, kapal tenggelam, paling banyak adalah kejadian-kejadian akhir pekan dan tanggalnya di atas 25,” jelasnya.

Fenomena itu menyisakan satu pertanyaan, yakni kenapa? Bagi Sutopo, bencana alam selalu terjadi tanpa bisa terprediksi.

Hal tersebut tak hanya terjadi di Indonesia, melainkan di negara-negara lain. “Jepang yang biasa menghadapi gempa bumi dan tsunami juga tak bisa menandingi kuasa alam.”

Pada dasarnya, bencana selalu terjadi tanpa mudah diprediksi. Tidak hanya di Indonesia, Jepang yang biasa menghadapi gempa bumi dan tsunami pun tidak juga dapat menandingi kuasa alam.

Misteri gempa bumi terjadi saat bulan purnama

Hough mencocokkan kejadian gempa dengan kalender bulan. Hasilnya, gempa besar yang terjadi saat purnama jumlahnya tak lebih banyak dari yang terjadi saat bukan bulan purnama. 

"Ilmu bahwa gempa besar terjadi saat bulan purnama, tak ada dukungan terkait hal itu di katalog," tutur Hough. 

Ada beberapa ilmu pengetahuan yang menghubungkan antara gempa Bumi dengan Bulan lantaran saat bulan purnama, Bumi-matahari-Bulan jatuh di garis yang hampir lurus. Kejadian ini membuat air pasang naik sangat tinggi atau surut sangat rendah. 

Namun, efek purnama itu dianggap terlalu lemah untuk bisa menyebabkan gempa besar. Meskipun tak bisa dipungkiri bahwa daya gravitasi Bulan yang sangat kuat bisa memicu 'getaran' di Bumi.

"Itu bukan ide gila yang liar," tutur Hough. 

Ahli geofisika USGS Elizabeth Cochran yang tak terlibat dalam penelitian Hough menerbitkan penelitian pada 2004 yang menunjukkan peningkatan sedikit gempa akibat terjadinya air surut. Tapi ini pun hanya terjadi di cekungan laut yang dalam. 

Dua tahun lalu, hasil studi oleh ahli seismologi Universitas Tokyo Satoshi Ide dan rekan-rekannya tentang gempa, sempat menjadi berita utama. Mereka menyatakan ada peningkatan jumlah gempa berskala besar saat permukaan air mengalami pasang. 

Menurut pakar seismologi University of Southern California yang juga tak terlibat dalam penelitian Hough menyatakan, secara singkat studi Hough menegaskan bahwa purnama akan memberi sinyal terjadinya gempa besar hanyalah sekadar takhayul. 

Terlepas dari semua itu, Hough sendiri berharap hasil studinya bisa menyingkap kesalahpahaman dan membantu masyarakat menyadari bahwa purnama tidak akan 'melahirkan' gempa berkekuatan besar.(rna/nvc)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon komentar dan kritikan yg membagun!